Nakba, Sejarah Pembantaian Israel di Tanah Palestina
November 13, 2023“Nakba” adalah istilah Arab yang berarti “bencana” atau “katastrofi,” dan merujuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1948, khususnya sehubungan dengan pembentukan negara Israel dan eksodus besar-besaran orang Palestina.
Sejarah Nakba dari sudut pandang Palestina sangat kompleks dan penuh emosi, karena peristiwa ini memiliki dampak yang mendalam pada kehidupan dan identitas bangsa Palestina. Berikut adalah pandangan komprehensif tentang sejarah Nakba dari perspektif Palestina
Konteks Sejarah
-
- Mandat Britania: Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa memberikan Mandat Britania atas wilayah Palestina pada tahun 1920. Selama periode ini, populasi Yahudi meningkat secara signifikan melalui imigrasi massal.
- Perang Dunia II: Peristiwa ini berdampak besar pada konflik Palestina-Israel, karena ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab semakin meningkat.
Pembentukan Negara Israel
-
- Resolusi PBB 181: Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara, satu untuk orang Yahudi dan satu untuk orang Arab. Meskipun mayoritas penduduk Palestina menolak rencana ini, Dewan Keamanan PBB menyetujuinya.
- Deklarasi Kemerdekaan Israel (1948): Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, pemimpin gerakan Zionis, menyatakan berdirinya negara Israel. Sehari kemudian, negara-negara Arab menyerbu Israel, memicu Perang Arab-Israel 1948-1949. Perang ini melibatkan pasukan Israel melawan pasukan Arab dari beberapa negara, termasuk Yordania, Mesir, Suriah, dan Irak.
Eksodus Palestina
-
- Pembersihan Etnis: Selama perang, banyak desa-desa Palestina dikosongkan atau dihancurkan, dan ratusan ribu orang Palestina mengungsi atau diusir dari rumah mereka.
- Operasi Plan Dalet: Operasi ini dilakukan oleh pasukan Israel dan bertujuan untuk mengamankan wilayah-wilayah yang diusulkan untuk negara Yahudi, yang melibatkan pembersihan etnis dan pengusiran penduduk Palestina.
Dampak pada Masyarakat Palestina
-
- Pengungsi Palestina: Lebih dari 700.000 orang Palestina menjadi pengungsi, kehilangan rumah, tanah, dan harta benda mereka. Mereka melarikan diri ke kamp-kamp pengungsi di negara-negara tetangga seperti Yordania, Suriah, dan Lebanon.
- Kehancuran Budaya dan Sosial: Banyak desa dan kota Palestina dihancurkan, dan warisan budaya mereka terancam punah.
Gencatan Senjata dan Kesepakatan
- Perang berakhir pada tahun 1949 dengan adanya gencatan senjata antara Israel dan negara-negara Arab.
- Kesepakatan gencatan senjata tersebut, seperti Gencatan Senjata Rhodes, menetapkan batas wilayah antara Israel dan negara-negara tetangga.
Trauma dan Perdamaian yang Tak Tercapai
-
- Trauma dan Pengalaman Penderitaan: Nakba menyisakan luka yang mendalam di kalangan masyarakat Palestina, dengan banyak orang yang masih terus mengalami dampaknya secara pribadi dan generasional.
- Kekhawatiran akan Hilangnya Tanah Air: Banyak orang Palestina terus menekankan hak mereka untuk kembali ke tanah air mereka, tetapi isu ini menjadi salah satu poin sengketa utama dalam perundingan perdamaian.
- Ekspansi Wilayah:
- Setelah gencatan senjata, Israel memperoleh kendali atas wilayah-wilayah yang tidak termasuk dalam batas yang ditetapkan oleh gencatan senjata, termasuk wilayah yang semula direncanakan untuk negara Palestina.
- Israel mendirikan lebih banyak permukiman di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza, yang dianggap oleh banyak pihak sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.
- Perang Enam Hari (1967):
- Pada tahun 1967, Israel meluncurkan Perang Enam Hari dan berhasil menduduki Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, dan Dataran Tinggi Golan.
- Pengambilalihan wilayah-wilayah ini dianggap oleh banyak pihak sebagai pelanggaran hukum internasional dan mengakibatkan pendudukan yang lebih luas.
- Perluasan Permukiman:
- Perluasan dan pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur terus berlanjut. Ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB dan hukum internasional.
Kelompok Perlawanan Palestina Atas Pendudukan Israel
Ada beberapa kelompok perlawanan Palestina yang telah aktif dalam konflik dengan Israel. Beberapa di antaranya memiliki latar belakang politik, sementara yang lain lebih bersifat militan. Berikut adalah beberapa kelompok perlawanan Palestina terhadap Israel:
- Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiyya):
- Latar Belakang: Hamas didirikan pada tahun 1987 selama Intifada Pertama sebagai sayap militer dari Gerakan Perlawanan Islam Palestina (atau Gerakan Hizbullah Palestina). Hampir bersamaan dengan itu, didirikan sebagai kelompok yang memiliki basis di ideologi Islam radikal.
- Tujuan: Memerangi pendudukan Israel dan mendirikan negara Palestina di wilayah yang diduduki oleh Israel.
- Jihad Islam Palestina (Harakat al-Jihad al-Islami al-Filastini):
- Latar Belakang: Jihad Islam Palestina didirikan pada tahun 1980 di Gaza dan terkait dengan gerakan Islam di seluruh dunia.
- Tujuan: Seperti Hamas, Jihad Islam Palestina juga bertujuan untuk mengusir Israel dari wilayah Palestina dan mendirikan negara Palestina.
- Fatah:
- Latar Belakang: Fatah adalah sebuah organisasi politik Palestina dan merupakan anggota dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Pemimpinnya yang terkenal adalah Yasser Arafat.
- Tujuan: Fatah memiliki sejarah panjang dalam perjuangan melawan pendudukan Israel. Meskipun saat ini cenderung berpartisipasi dalam politik Palestina, Fatah memiliki sayap militan yang aktif.
- Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP):
- Latar Belakang: PFLP didirikan pada tahun 1967 dan adalah salah satu kelompok sayap kiri di dalam PLO.
- Tujuan: PFLP memiliki orientasi Marxis-Leninis dan telah melakukan serangkaian operasi militan melawan Israel. Mereka menekankan perlawanan bersenjata terhadap pendudukan Israel.
- Islamic Jihad Movement in Palestine (Jamaat al-Jihad al-Islami fi Filastin):
- Latar Belakang: Didirikan pada tahun 1981, kelompok ini adalah organisasi Islam militan yang terkait dengan gerakan Islam global.
- Tujuan: Seperti Jihad Islam Palestina, tujuan mereka adalah mengusir Israel dan mendirikan negara Palestina berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Kelompok-kelompok ini memiliki pendekatan yang berbeda terhadap perlawanan, baik secara ideologis maupun taktis. Beberapa lebih fokus pada perlawanan bersenjata, sementara yang lain terlibat dalam kegiatan politik. Konflik antara kelompok-kelompok ini dan Israel tetap menjadi salah satu aspek paling kompleks dan kontroversial dalam geopolitik Timur Tengah.
Sejak Nakba, konflik antara Israel dan Palestina terus berlanjut, dan dampak sejarah ini masih sangat terasa dalam tuntutan politik, ekonomi, dan sosial masyarakat Palestina saat ini. Pemahaman terhadap sejarah Nakba sangat penting untuk memahami kompleksitas konflik dan mencari solusi perdamaian yang adil.